Sorry, not you!

Iya, aku ditolak. Perempuan cantik berhidung mancung di depanku lebih memilih lelaki Bangladesh dengan perawakan kurus kecoklatan yang berjalan dari arah belakang. Lelaki itu, dia punya apa yang gadis itu inginkan. Seperangkat alat pembersih kamar.

***

Baru sekitar seminggu kemarin aku pulang dari menjalankan ibadah umroh. Ibadah yang antara terencana dan tidak terencana. Soal niatan umroh sendiri sebenarnya sudah ada sejak lama, hanya saja soal waktu pelaksanaannya rasanya seperti tiba-tiba. Ibuku bermimpi diajak ke Makkah oleh 2 orang mendiang kakaknya yang salah satunya pernah lama menjadi TKW di sana. Esoknya ibu bilang ke kakakku untuk didaftarkan umroh dan malamnya meneleponku untuk menemani.

Ibadah Umroh dan Haji sendiri sering disebut sebagai ibadah yang disandarkan pada panggilan Allah. Maksudnya banyak orang yang secara kasat mata terlihat mampu untuk menjalankan tapi tidak kunjung menjalankan. Ada pula yang sudah berencana sejak lama tapi tidak kunjung terlaksana. Ada pula yang serba tiba-tiba. Dan tiba-tiba untuk sesuatu yang baik seperti ini rasanya menyenangkan sekali.

Di awal keberangkatan sebenarnya ada sedikit hambatan. Jadi ketika rombongan kami sudah di bandara dan tinggal menunggu beberapa waktu untuk check in, ternyata passport keponakanku ketinggalan. Panik tentu saja. Opsinya antara membatalkan keberangkatan untuk keponakanku tadi, atau mengirimkan passportnya dari rumah ke Jakarta yang berjarak sekitar 8 jam perjalanan darat.

Kakakku yang merasa bertanggungjawab atas tertinggalnya passport keponakanku tadi memilih opsi yang kedua sehingga aku dan keponakanku harus berangkat terpisah dari rombongan. Kami menginap sehari di Jakarta untuk menunggu passport tersebut dikirimkan dan berangkat hari berikutnya dengan menambah biaya untuk tiket pengganti.

***

Penerbangan dari Jakarta ke Madinah sendiri ditempuh dalam waktu 10 jam. Kami berangkat pukul 8 pagi dan sampai di Madinah sekitar pukul 2 siang. Ada selisih waktu 4 jam antara Indonesia dan Saudi Arabia sehingga pukul 2 siang di Saudi Arabia, artinya sama dengan pukul 6 petang di Indonesia.

Begitu tiba di bandara, kami dijemput pimpinan rombongan yang juga anaknya pemilik travel yang ditemani seorang mutawwif atau pemandu ibadah umroh dan haji. Perjalanan dari bandara Madinah ke hotel berjarak sekitar 30 menit dan begitu tiba di hotel hal pertama yang bisa aku lakukan adalah bersyukur, salat, lalu tidur.

***

Btw, soal gadis yang aku singgung di atas, dia adalah satu dari sedikit orang yang bisa aku ajak komunikasi menggunakan bahasa Inggris di sini. Bahasa Inggris yang meskipun populer sebagai bahasa internasional tapi di sini termasuk minoritas. Bahkan kalah dari bahasa Indonesia yang dengan lancarnya diucapkan para penjaga toko di sini ketika menawarkan dagangannya pada para jamaah Indonesia yang memang hobi belanja.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *