Tengah-tengah Zoom aku sempat menoleh ke teman di sebelah. Ini beneran kita kuliah? Sambil memastikan mic di Zoom sudah di-mute, kita sama-sama ketawa.

Yang terjadi seminggu ini rasanya memang seperti mimpi. Soal lanjut kuliah S2 sebenarnya memang impian sejak lama. Sejak jenuh dengan rutinitas kerja, sejak iri dengan rekan-rekan seangkatan yang sudah mencapai banyak hal sedangkan kami masih di sini-sini saja.

Beberapa kali aku melihat info beasiswa, satu dua kali coba mengajukan pendaftaran tapi belum satupun yang terselesaikan. Alasannya selalu sama, sibuk kerja. Kuliah S2 butuh persiapan sementara kerjaan selalu numpuk dan sering terbawa pulang.

Aku tahu, itu cuma pembenaran. Cuma alasan yang dipaksakan padahal masalah utamanya hanya soal niat yang kurang. Takdir Tuhan, niat yang kurang tadi berujung menjadi kenyataan ketika akhirnya muncul instruksi pimpinan. Instruksi yang bukan cuma instruksi tapi dibarengi dengan dukungan maksimal. Hehe.

***

Mengawali kuliah setelah jeda yang cukup lama rasanya seperti jet lag saja. Seperti mabuk pasca terbang yang istilah medisnya disebut Circadian Dysrhythmia. Itu adalah kondisi fisiologis di mana ritme sirkadian seseorang tidak sinkron dengan zona waktu di mana dia berada.

Kalau susah kalian memahami penjelasan dengan istilah-istilah intelek seperti di atas, kalian bayangkan saja kalau kalian warga Muhammadiyah, menikah dapat gadis NU, lalu di subuh pertama sebagai menantu kalian diminta ngimami subuhan. Kayak gitu.

***

Dunia akademik memang berbeda dari dunia praktisi. Meskipun kami berdiri di bawah institusi yang sama, tapi keseharian kami sepenuhnya berbeda. Di dunia praktisi kami dituntut menyelesaikan masalah secara praktis sesuai keilmuan yang kami miliki, di dunia akademik kami dituntut untuk melakukan penelitian yang berujung pada kontribusi keilmuan.

Kami shock ketika kuliah baru berjalan 1 minggu, 7 mata kuliah yang kami ambil semuanya sudah ngasih tugas. Rasanya seperti klagepan yang belum ilang setelah ngimami subuhan tapi gak hafal qunut, lalu malamnya diminta mimpin tahlilan.

Aku belum bisa membayangkan seperti apa kuliahku akan berjalan ke depan. Harapannya gak muluk-muluk, kuliah lancar, kerjaan lancar dan bisa lulus tepat waktu.

Dan mungkin akan menyenangkan ketika nanti wisuda, kelas kami yang berjumlah 17 orang bisa dipanggil bareng-bareng untuk maju ke depan dengan predikat cumlaude semua. Namanya juga harapan. Bek bek e diamini malaikat seng lewat. aamiin. hehe.